Dasar-dasar
filsafat Deming menghasilkan 14 poin penting yang menjadi acuan para manager
dalam meningkatkan kualitas produk (Evans, J.R. dan Lindsay, W.M. 2005: 95). 14
poin tersebut dapat diimplementasikan dalam pengelolaan KTSP di SMK antara
lain:
1. Ciptakan tujuan yang mantap demi
Perbaikan Produk dan Jasa.
Pendidikan
sebagai industri jasa yang menghasilkan produk berupa layanan, harus terus
meningkatkan pelayanan terutama terhadap pelanggan utama yaitu siswa. Kepuasan
siswa menjadi salah satu parameter dalam mengukur kualitas pendidikan yang
lebih kompetitif.
Pada tahapan
pengelolaan kurikulum, poin ini dapat diimplementasikan pada tahap perencanaan
kurikulum. Ketika kita menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata Pelajaran kita
akan dihadapkan pada penyusunan tujuan pembelajaran. Isi tujuan pembelajaran
merupakan cermin dari kompetensi siswa, sehingga ketepatan dalam menyusun
tujuan pembelajaran akan menunjukan profil kompetensi siswa sesuai dengan
tuntutan dunia kerja. Hal ini sesuai dengan prinsip mutu yang dikemukakan
Edward Sallis (2006) bahwa kriteria mutu dinilai berdasarkan kesesuaian antara
hasil belajar dengan spesifikasi atau standar kompetensi dan kriteria
kompetensi disusun berdasarkan kebutuhan pelanggan, dalam hal ini adalah
pelanggan external yaitu dunia industri sebagai pengguna lulusan.
Dalam
penyusunan tujuan kurikulum SMK dan tujuan pembelajaran yang bermutu hendaknya
memperhatikan:
-
Standar kompetensi kerja yang disusun
oleh Badan Nasional Standarisasi Pendidikan sesuai dengan bidang keahliannya.
-
Kebutuhan para pelanggan pendidikan,
menurut Edward Sallis (2006) pelanggan pendidikan terdiri dari siswa, orang tua
siswa, pemerintah atau dunia kerja dan guru.
-
Kebutuhan siswa sebagai pelanggan
eksternal utama,
-
Kepentingan orang tua siswa sebagai
pelanggan eksternal kedua.
-
Kepentingan pemerintah atau kebutuhan dunia
kerja sebagai pelanggan eksternal ketiga.
-
Kepentingan Guru atau Staff sebagai
pelanggan internal.
2. Adopsi falsafah baru.
Inovasi
pendidikan menjadi bagian penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi
dalam kondisi kurikulum yang semakin dinamis dan fleksibel, kemampuan guru
untuk melahirkan inovasi dalam pembelajaran akan menjadi salah satu parameter
dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Pada
pengelolaan kurikulum, poin ini dapat diimplementasikan dalam semua tahapan
mengingat KTSP memberikan keleluasaan bagi pihak sekolah untuk mengembangkan
kurikulum sesuai karakteristik sekolah masing-masing. Pada tahap perencanaan,
pihak sekolah harus mampu mengadopsi dan mengembangkan konsep-konsep terbaru
dalam menyusun tujuan SMK sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pada tahap
pengorganisasian dan koordinasi, kepala sekolah harus terus menciptakan strategi
baru agar tercipta suasana yang lebih dinamis. Pada tahap pelaksanaan guru
sebagai ujung tombak proses pembelajaran harus mampu menciptakan metode-metode
pembelajaran dan pengelolaan kelas yang lebih berorientasi pada kepuasan siswa
sebagai pelanggan. Pada tahap pengendalian, hasil evaluasi harus benar-benar
digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran.
3. Hindari ketergantungan pada inspeksi
massa untuk mencapai mutu.
Evaluasi
diri bisa menjadi bagian dalam meningkatkan mutu pendidikan secara terus
menerus. Guru sebagai pelayan yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai pelanggan
harus mampu menilai mutu pelayanan yang diberikan agar mampu melakukan
perbaikan-perbaikan.
Dalam
kontek pengelolaan KTSP, poin ini bisa diimplementasikan dalam tahap pengendalian
kurikulum, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat ulangan umum ataupun
ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar mengajar
berlangsung. Selain itu dalam menetapkan standar uji, maka perlu diperhatikan
teori-teori kepemimpinan yang berkembang dalam Total Quality management dan yang lainnya seperti teori sifat,
teori lingkungan, teori perilaku, teori humanistik dan teori kontingensi.
4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan
harga.
Menurut
deming harga tidak memiliki apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual. Praktek
prakontrak yang hanya cenderung pada harga yang murah dapat menggiring pada
kesalahan yang mahal. Metode yang ditawarkan mutu terpadu adalah mengembangkan
hubungan dekat dan berjangka panjang dengan pensuplai dan sebaiknya pensuplai
tunggal dan bekerjasama dengan mereka dalam mutu komponen. Dalam pengelolaan
kurikulum baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian hendaknya lebih mengutamakan ukuran mutu dibandingkan dengan
biaya.
5. Tingkatkan secara konsisten sistem
produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas.
Peningkatan
layanan pendidikan secara terus-menerus berdasarkan feedback dari pelanggan akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam pelaksanaan kurikulum, Guru harus berpikir secara strategik agar siswa
dapat menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga memperoleh nilai
yang baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswa mendapatkan nilai
baik. Kepala sekolah beserta semua pihak manajemen sekolah harus terus berusaha
mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikan yang
berkelanjutan dalam pengelolaan kurikulum.
6.
Lembagakan pelatihan kerja.
Peningkatan
kualitas guru sebagai pelayan pendidikan secara terus menerus akan mampu
memperbaiki mutu pelayanan. Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi adalah
kekeliruan menggunakan keahlian orang-orangnya secara tepat. Mempergunakan uang
untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting, namun yang lebih penting lagi
adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan
tepat untuk perbaikan mutu.
Kepala
sekolah harus menyediakan pelatihan bagi semua guru dalam upaya meningkatkan
kemampuan guru dalam pengelolaan kurikulum terutama dengan diberlakukannya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki karakteristik berbeda dengan
kurikulum sebelumnya. Tanpa kompetensi guru yang baik dalam pengelolaan
kurikulum, KTSP akan sulit diimplementasikan secara baik, karena ujung tombak
dari KTSP adalah satuan pendidikan dalam hal ini sekolah masing-masing. Dengan
demikian, melalui lembaga pelatihan kerja, kesenjangan dalam kemampuan guru
atau sekolah dalam pengelolaan kurikulum yang berakibat pada perbedaan mutu
layanan pendidikan dapat dihindari.
7.
Lembagakan kepemimpinan
Peran
pemimpin sangat penting dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan. Pemimpin
sebagai pelayan utama harus mampu memberikan pelayanan terutama bagi pelanggan
internal (guru). Deming mengatakan bahwa kerja manajemen bukanlah mengawasi
melainkan memimpin. Makna dari hal tersebut adalah berubah dari manajemen
tradisional yang selalu memperhatikan hasil, indikator-indikator prestasi,
spesifikasi dan penilaian menuju peranan kepemimpinan yang mendorong
peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik.
Dalam
pengelolaan kurikulum, pemimpin dalam hal ini adalah kepala sekolah tidak hanya
berdiam diri menunggu laporan atau hanya mengawasi saja, namun harus terjun
langsung dalam upaya melakukan perbaikan secara terus-menerus pada setiap
tahapan pengelolaan kurikulum baik dalam perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordianasian, pelaksanaan dan pengendalian kurikulum. Pemimpin yang
efektif menurut konsep TQM adalah pemimpin yang sensitif atau peka terhadap
adanya perubahan dan pemimpin yang melakukan pekerjaannya secara terfokus. Konsep
lain dalam TQM adalah bahwa memimpin berarti menentukan hal-hal yang tepat untuk
dikerjakan, menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki agar semua orang
memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan antusias untuk mewujudkan
hal-hal yang telah ditetapkan. Memimpin berarti juga dapat mengkomunikasikan
visi dan prinsip organisasi kepada bawahan. Kegiatan memimpin termasuk kegiatan
menciptakan budaya atau kultur positif dan iklim yang harmonis dalam lingkungan
lembaga atau organisasi, serta menciptakan tanggung-jawab dan pemberian
wewenang dalam pencapaian tujuan bersama. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa, terdapat hubungan positif antara tanggungjawab, wewenang dan kemampuan
pemimpin dengan derajat atau tingkat pemberdayaan karyawan dalam suatu lembaga.
Secara
umum, pada dasarnya terdapat delapan kunci tugas pimpinan untuk melaksanakan
komitmen perbaikan kualitas terus menerus, yaitu:
a. Menetapkan suatu dewan kualitas.
b.
Menetapkan kebijaksanaan kualitas.
c.
Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran
kualitas.
d.
Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber
daya.
e. Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan
pelatihan yang berorientasi pada pemecahan masalah kualitas.
f.
Menetapkan tim perbaikan kualitas yang
bertanggungjawab pada manajemen puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah
kualitas kronis.
g.
Merangsang perbaikan kualitas terus
menerus.
h. Memberikan pengakuan dan penghargaan
atas prestasi dalam perbaikan kualitas terus-menerus (Vincent Gaspersz, 1997:
203-204).
Sementara
itu, bagi kalangan follower/pengikut/bawahan seperti guru, karyawan dan
lain-lain, perlu memperhatikan ketentuan berikut :
a. Mendukung program-program pimpinan yang
baik dan benar.
b.
Memiliki kebutuhan berprestasi.
c.
Klarifikasi kemampuan, wewenang dan
peran.
d. Memiliki organisasi kerja.
e.
Kemampuan bekerja sama.
f.
Kecukupan sumber daya (kuantitas).
g.
Memiliki koordinasi eksternal.
Ditambahkan
bahwa, untuk melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinan, maka kepala sekolah
perlu memperhatikan dan mengontrol Variabel situasi, yaitu seperangkat keadaan
atau kondisi yang harus dikelola dan diciptakan secara kondusif. Situasi ini
antara lain :
a.
kekuatan posisi,
b.
keadaan bawahan,
c.
tugas dan kemampuan menggunakan
teknologi,
d.
struktur organisasi,
e.
keadaan lingkungan lembaga (fisik dan non-fisik),
f.
ketergantungan eksternal,
g.
kekuatan sosial politik,
h.
rasa aman dan demokratis.
Keseluruhan
proses interaksi kepemimpinan antara pemimpin, yang dipimpin dan situasi,
ditujukan untuk mencapai variabel hasil akhir yaitu : Kepuasan pelanggan.
Loyalitas pelanggan. Profitabilitas. Dan kepuasan seluruh personil lembaga dan stakeholders.
8. Hilangkan rasa takut, agar setiap orang
dapat bekerja secara efektif
Berikan
keleluasaan bagi semua komponen pendidikan agar mampu mengaktualisasikan
dirinya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hilangkan sekat hierarki yang
memberikan rasa takut baik siswa terhadap gurunya, guru terhadap pimpinannya. Perlu
disadari bahwa rasa takut menghambat karyawan untuk mampu mengajukan
pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal itu semua perlu
dilakukan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum. Oleh karena itu konsep mutu
TQM menyarankan para pelaku pendidikan hendaknya jangan menerapkan sistem imbalan
dan hukuman kepada siswa karena akan menghambat berkembangnya motivasi internal
dari siswa masing-masing.
9. Uraikan kendala-kendala antar
departemen
Diskusi
harus menjadi aktivitas rutin diantara semua komponen pendidikan. Hindari
adanya sekat yang membatasi komunikasi antar komponen pendidikan. Komunikasi
yang efektif akan melahirkan pemecahan-pemecahan masalah dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Orang yang ada dalam komponen atau departemen yang berbeda
harus dapat bekerjasama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak diperkenankan
untuk memiliki unit atau departemen yang mendorong pada arah yang berbeda.
Dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah, staf, guru, siswa dan semua yang
terlibat dalam pengelolaan kurikulum harus memiliki visi dan misi yang sama dan
bekerja sama sebagai sebuah tim yang solid dalam meningkatkan mutu pendidikan.
10. Hapuslah
slogan, desakan dan target serta tingkatkan produktivitas tanpa menambah beban
kerja
Berikan
kesadaran bagi setiap komponen pendidikan akan pentingnya mutu pendidikan
melalui perbaikan secara terus menerus pada setiap tahapan pengelolaan
kurikulum. Pemberian kesadaran tidak cukup hanya dengan slogan, pengumuman atau
publikasi lainnya namun kepala sekolah harus terjun langsung memberikan
semangat kepada semua komponen pendidikan untuk perbaikan mutu pendidikan.
11. Hapuskan
standar kerja yang menggunakan quota numerik
Mutu
pendidikan tidak diukur dengan nilai semata namun diukur berdasarkan tingkat
kepuasan pelanggan. Dalam penyusunan kurikulum, perubahan bukanlah sesuatu yang
tabu untuk dilakukan, bahkan justru perubahan kurikulum harus terus dilakukan
seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan.
12. Hilangkan
kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya
Berikan
kesempatan yang sama bagi semua komponen pendidikan dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Deming telah berupaya keras menentang sistem penilaian yang mana
diyakini menempatkan pekerja dalam kompetisi antara satu dengan yang lain akan
merusak kerja tim. Dalam pengelolaan kurikulum, jangan dibuat suasana
individualis dan persaingan antara di antara guru, namun harus tercipta kerja
tim. Setiap komponen pendidikan memiliki andil yang sama dalam pengelolaan
kurikulum.
13. Lembagakan
aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas
kerja
Berikan
kesempatan seluas-luasnya untuk meningkatkan kemampuan setiap komponen
pendidikan, karena peningkatan kemampuan mereka akan memberikan dampak bagi
meningkatnya mutu pendidikan. Semakin tahu, orang akan semakin giat bekerja.
Staf yang berpendidikan baik adlah mereka yang memiliki semangat untuk
meningkatkan mutu. Oleh karena itu dalam pengelolaan kurikulum, kepala sekolah
harus mendorong setiap komponen pendidikan untuk meningkatkan semangat dan
peningkatan kualitas kerja melalui berbagai program pendidikan yang
menyenangkan. Dalam hal ini kepala sekolah dituntut untuk menunjukan
kreativitasnya.
14. Tempatkan
setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi
Team work bisa menjadi
kata kunci dalam meraih pendidikan yang bermutu. Keberhasilan pendidikan
menjadi bagian dari semua komponen pendidikan dan bukan keberhasilan segelintir
orang. Kepala sekolah harus menjadi “leader
manager” bukan “boss manager”.
Seorang “leader manager” akan
berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha mengembangkan
kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk sistem sehingga dengan adanya
contoh nyata, pekerja menyadari cara untuk melakukan pekerjaan yang
berkualitas. Dalam pengelolaan kurikulum, kepala sekolah harus terjun
memberikan contoh yang baik bagi semua komponen pendidikan tentang bagaimana
meningkatkan mutu pendidikan melalui pengelolaan kurikulum yang efektif. Setiap
komponen pendidikan adalah sebuah tim
work dimana setiap orang memiliki andil dan kesempatan yang sama untuk
bekerja dan meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena itu kepala sekolah harus
memapu menempatkan setiap komponen pendidikan dalam sebuah tim work pengelolaan kurikulum dan bukan memberikan tugas dalam
perencanaan kurikulum secara personal.
Daftar Pustaka:
Evans, J.R. dan
Li ndsay, W.M. (2005). The Management and
Control of Quality. Singapore : Thomson Corporation.
Gaspersz,
Vincent. (1997) Manajemen kualitas:
penerapan konsep-konsep kualitas dalam manajemen bisnis total. Jakarta :
PT. Gramedia.
Hermawan, D. dan
Sudarsyah, A.(2007). Pengelolaan Pendidikan
(Pengelolaan Kurikulum). Bandung : Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.
Sallis, Edward. (2006).
Total Quality Management in Education.
Jogjakarta : IRCiSoD.
0 Response to "Implementasi 14 Poin Deming dalam Pengelolaan KTSP SMK"
Post a Comment