Desain Pembangkit Tenaga Nuklir |
Workshop ini dilatarbelakangi oleh munculnya kebijakan pasokan energi
nasional dari energi nuklir sebesar dua persen pada tahun 2025. Wujud
nyata dua persen sumber ini adalah pembangunan empat unit Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria. PLTN perdana akan
mulai konstruksinya pada 2010 dan direncanakan mulai beroperasi pada
2016.
Pasokan energi nuklir yang persentasenya dua persen ini merupakan bagian
dari skenario optimalisasi "energy mix" yang dikeluarkan oleh
Pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan
Energi Mix Nasional. Indonesia memang menyadari bahwa kondisi eksisting
perolehan sumber energi yang tergantung pada minyak tidaklah sehat.
Karenanya kemudian disusunlah sebuah strategi berisi target penggunaan
sumber-sumber lain selain minyak, gas, dan batu-bara.
Workshop ini dihadiri para pakar di bidang nuklir, seperti Ir.
Ariwardojo, Deputi Kepala Badan Atom Nasional (Batan), Bidang
Pengembangan Teknologi dan Energi Nuklir dan Dr. Zaki Su’ud, staf
pengajar Program Studi Fisika, FMIPA ITB, seorang ahli reaktor nuklir.
Mantan Kepala Batan yang sekarang duduk sebagai anggota Dewan Pengawas
HIMNI pusat Ir. Iyos Subki, M.Sc, mengungkapkan bahwa workshop ini
memang luas dan hanya menyentuh permukaan. Setiap sub tema dari workshop
ini bisa dijadikan seminar sehari, katanya sambil tertawa. Dr. Ari
Darmawan Pasek, Ketua HIMNI cabang Jawa Barat, yang sekaligus menjabat
sebagai Kepala Pusat Rekayasa Industri ITB (dulu PAU, Pusat Antar
Universitas) mengakui bahwa workshop ini luas dan hanya bisa menyentuh
permukaan, namun dengan memberikan pemahaman menyeluruh justru
menurutnya ini diharapkan menjadi pemicu kepedulian terhadap
pengembangan energi nuklir di Indonesia.
0 Response to "Prospek Energi Nuklir di Indonesia"
Post a Comment