Desain Pembangkit Tenaga Nuklir |
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Mohamed
ElBaradei dalam ceramah umum di Jakarta, Jumat (8/12), menegaskan,
"Aspek kunci dalam penggunaan energi nuklir saat ini meliputi
keselamatan dan keamanan teknologi yang dipergunakan, kemudian aspek
penanganan limbah serta penolakan proliferasi, yakni penggunaannya untuk
persenjataan nuklir."
Peraih Penghargaan Nobel Perdamaian PBB (2005) ini mengaku, kiprahnya di
lembaga IAEA adalah mencegah penggunaan energi nuklir untuk militer dan
menjamin penggunaan nuklir untuk perdamaian melalui penggunaan yang
paling aman.
ElBaradei menjabat Direktur Jenderal IAEA sejak 1997. Pada September
2005, ElBarradei ditetapkan untuk ketiga kalinya menjabat posisi
tersebut dan kini memperoleh sedikit tentangan, khususnya dari Amerika
Serikat. Alasan yang dikemukakan, antara lain posisi penting itu harus
dijabat paling banyak dua periode.
Beberapa alasan saat ini untuk mempergunakan energi nuklir sebagai
pembangkit tenaga listrik, lanjut ElBaradei, untuk menekan emisi karbon
seperti dihasilkan pada penggunaan bahan bakar fosil. Dia juga
memaparkan, saat ini terjadi kesenjangan dalam penggunaan listrik.
"Sampai hari ini ada 1,6 miliar penduduk dunia yang tidak dapat
mengakses listrik. Kemudian, 2,4 miliar penduduk masih menggunakan bahan
bakar biomas secara tradisional karena tidak dapat mengakses bahan
bakar modern," kata ElBaradei.
Di Nigeria, lanjut dia, konsumsi listrik per kapita 70 kwh
(kilowatthour) per tahun atau rata- rata setiap warga memperoleh 8 watt
per hari. Di Indonesia masih mencapai 530 kwh per tahun. Namun, jumlah
ini masih di bawah rata-rata konsumsi listrik per kapita di
negara-negara berkembang yang mencapai 8.600 kwh per tahun.
"Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, dan
negara yang kaya akan sumber daya alam, akan menghadapi persoalan energi
yang kompleks," lanjutnya.
Menurut ElBarradei, ada dua aspek penting untuk dipertimbangkan. Saat
ini, 70 persen penduduk dunia ada di negara-negara berkembang. Sementara
itu, IAEA menyatakan bahwa peningkatan penggunaan energi nuklir akan
membantu pemenuhan kebutuhan energi listrik dunia. Dengan dua aspek
tersebut, ElBaradei tetap menekankan pentingnya aspek keselamatan dan
keamanan dalam penggunaan teknologi nuklir yang mampu mengurangi emisi
karbon tersebut.
Untuk perkembangan masa depan, sumber energi nuklir ini akan menjadi isu
sentral berbagai kebijakan lingkungan secara global. Indonesia sejak
2004 lalu sudah menjalin kerja sama teknis dengan IAEA. IAEA mendukung
langkah-langkah persiapan Indonesia untuk penggunaan teknologi nuklir
tersebut.
Pengawasan
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Sukarman Aminjoyo menyatakan,
penerapan teknologi nuklir di Indonesia sudah dipersiapkan cukup lama.
Di antaranya dengan mengembangkan reaktor nuklir untuk riset yang
pertama sejak 1964 di Bandung.
"Artinya, pengawasannya pun sudah berjalan cukup lama dan hasilnya bagus," kata dia.
Selain di Bandung, saat ini terdapat dua reaktor nuklir untuk riset di
Yogyakarta dan Serpong, Tangerang. Keberadaan reaktor- reaktor nuklir
skala riset tersebut selalu diinspeksi.
Terkait rencana pembuatan PLTN di Semenanjung Muria yang akan dimulai
proses tender pada 2007-2008, Sukarman menyatakan, saat ini sudah
dilimpahkan rencana peraturannya kepada presiden. Akhir 2006 diharapkan
dapat disetujui peraturan tersebut, sehingga proses persiapan realisasi
PLTN dapat segera ditempuh. (NAW)
0 Response to "PLTN Pilihan Sumber Energi Masa Depan"
Post a Comment